Tari Gandrang Bulo merupakan tari tradisi kesenian budaya yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan. Kesenian ini menggabungkan unsur musik, tarian, dan dialog kritis yang bersifat lawakan.
Tak heran, jika dalam setiap pertunjukannya, penonton akan dibuat tertawa. Mengutip dari ‘Eksistensi Gandrang Bulo Budaya di Kampung Paropo Kota Makassar’ oleh Nurul Chudaiwah Sidin, sekitar 1960-an, Tari Gandrong Bulo mulai dikenal di kalangan masyarakat Makassar.
Tarian ini dipentaskan dalam berbagai acara, seperti pernikahan hingga penjemputan tamu kerajaan. Adapun nama ‘Gandrang Bulo’ berasal dari Bahasa Makassar.
Dalam bahasa Indonesia, ‘gandrang’ diartikan sebagai pukul, sedangkan ‘bulo’ berarti bambu. Hal itu sesuai dengan penggunaan alat musik tradisional dari potongan bambu yang berfungsi sebagai pengiring.
Selain potongan bambu, iringan musik pada pementasan tari gandrang bulo juga berasal dari gendang, suling, hingga alat gesek tradisional Makassar.
Sementara itu, para penari mengenakan pakaian adat tradisional Makassar. Para penari ini akan membawakan karakter lucu atau orang kampung yang lugu.
Mereka akan berhadapan dengan pemeran pejabat atau orang berkuasa yang angkuh. Berbagai peran dengan tarian dan gerakan yang lucu akan ditampilkan. Tak lupa, dalam setiap pertunjukannya, tarian ini juga mengandung kritikan.
Konon, Tari Gandrang Bulo sudah dikenal sejak zaman raja-raja Gowa. Awalnya, Gandrang Bbulo hanya berupa tarian dengan permainan musik gendang dan biola dari bambu.
Pada masa penjajahan Jepang 1942, pertunjukkan Tari Gandrang Bulo mulai disisipi dengan dialog-dialog spontan yang disertai gerak tubuh lucu. Saat itu, tarian ini dipentaskan oleh para seniman pejuang di zaman kemerdekaan.